Iwan Fals & Kita OLAH RAGA OLAH RASA

“Seperti pepatah kuno yang sering kita dengar. Tak Kenal Maka Tak Sayang.” Maka untuk mengenal lebih dalam seseorang adalah mencari tau apa saja kebiasaan yang dikerjakan sehari-hari. Banyak yang tidak tahu apa yang dilakukan seseorang selain dari pekerjaan utamanya. Tentu saja yang dilakukan bisa dua hal yaitu melakukan aktivitas yang menunjang kepada pekerjaan utama atau aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan utama. Penyanyi Bob Dylan yang karyanya langganan meraih penghargaan musik ternyata juga gemar melukis dan pematung besi. Sejak kecil Bob Dylan dibesarkan di negara bagian penghasil besi. Pada tahun 2007 di sebuah Museum di Jerman patung besi dengan kombinasi beberapa jenis metal lain berhasil dipamerkan. Iwan Fals memiliki prestasi karate selain dikenal sebagai penyanyi. Menyandang sabuk hitam DAN V dan pernah meraih Juara II dan Juara IV Karate Nasional tahun 1989. Saat mahasiswa di STP (Sekolah Tinggi Publisistik) Jakarta Iwan Fals menjadi pelatih karate. Saat di Condet buka tempat latihan karate bahkan sampai sekarang di Leuwinanggung dengan nama Dojo Tiga Rambu melatih karate Selasa, Jumat, Minggu. Musik ternyata menjadi pilihan tetapi karate tetap dilakukan. Ini yang dinamakan sisi lain kehidupan seorang penyanyi.

“Kekerasan ada batasnya Keluwesan tak ada batasnya (Suhu-Iwan Fals).” Potongan bait lagu ini mewakili makna karate sebagai ilmu bela diri yang tidak mengajarkan unsur kekerasan. Karate tidak mengenal istilah serangan pertama karena gerakan pertama adalah salam hormat dan posisi bertahan. Iwan Fals bekata : “Sama lawan aja kita harus hormat karena dari lawan kita bisa belajar.” Karate adalah olah raga dan olah rasa. Mengapa dikatakan olah rasa? Berawal dari rasa berujung dengan kata. Kata diungkapkan oleh mulut berbicara janji. Ada janji karate yang tertanam memberikan bekal hidup untuk memelihara kepribadian, jujur, mempertinggi prestasi, sopan santun, perang melawan diri sendiri yang itu semua tertanam pada rasa. Dari segi olah raga tentu ada pergerakan, berkeringat, dan membuat badan sehat.

Pengurus Dojo Tiga Rambu Indri Farhini menjelaskan tentang prestasi yang pernah diraih oleh karateka Dojo Tiga Rambu. Ciomas Cup Januari 2015 berhasil menyabet 2 emas, 1 perak di pertandingan kumite. Indri Farhini berharap : “Ada atlet yang bukan hanya jago nonjok, bukan hanya gerakan kata (jurus) nya bagus tapi lima janji karate bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah ada latihan Hari Minggu yaitu pembinaan mental karateka. Yang coklat siap melatih, yang di bawah coklat membangun karakter sebagai karateka sejati." Indri Farhini menambahkan :“Latihan gabungan yaitu sebulan sekali tepatnya minggu kedua diikuti gabungan Dojo Tiga Rambu, Dojo Pisangan, Dojo Khairunnisa, Dojo Binsix, Dojo Robes Bekasi, Dojo Ausi Cilandak, Dojo Borobudur Cilandak.”

Dojo Tiga Rambu membuka tempat latihan di Pendopo Leuwinanggung Selasa, Jumat. Selasa sore, Jumat sore selama 2 jam dilatih oleh Simpei Budi, Simpei Aras, Simpei Mahyudin, Sensei Dayat dan Sensei Iwan Fals. Selasa sore dan Jumat sore kebanyakan diikuti karateka anak-anak. Seperti Nuke (10) sabuk coklat yang rajin latihan dan mengenal karate sejak Kelas-1 SD. Dikarenakan sore berbenturan waktunya dengan jam kerja maka sejak akhir Januari 2015 dibuka latihan Selasa malam, Jumat malam mulai Jam 20:00 WIB. Karate malam ini diikuti oleh dewasa dengan pelatih Simpei Mahyudin dan Sensei Iwan Fals. Karate malam terasa berbeda karena kombinasi antara kihon, kata, kumite, dan ada simulasi bertanding kata, kumite. Sensei Iwan Fals melatih kihon dengan tiga tahapan yaitu tidak bertenaga, kecepatan, dan perpaduan cepat bertenaga.

Kalau mau tahu alasan kenapa Iwan Fals sukses sebagai penyanyi maka menjadi karateka bisa mendalami misteri Iwan Fals. Kembali ke kalimat paragrap pertama, “Seperti pepatah kuno yang sering kita dengar. Tak Kenal Maka Tak Sayang.” Osh. *sr


Leuwinanggung, (5/2)