INDONESIA… INDONESIA… INDONESIA… JUARA!

“Selamat bertanding Indonesia. Raih prestasi setinggi-tingginya. Raih medali sebanyak-banyaknya, pasti bisa. Indonesia… Indonesia… Indonesia…Juara!” teriak Iwan Fals di atas panggung pada Malam Puncak HUT SCTV ke-28, Jumat (24/8/18). SCTV menjadi Official Broadcaster Asian Games 2018 maka sebagai penyemangat Iwan Fals menyuarakan Bangunlah Putera Puteri Pertiwi. “Jangan ragu dan jangan malu. Tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu,” vokal khasnya membangkitkan energi penonton di ICE BSD Tangerang.

Empat lagu dibawakan dengan arransemen orkestrasi Erwin Gutawa. Buku Ini Aku Pinjam dan Mata Indah Bola Pingpong membuka memori kisah masa sekolah. Pada segmen selanjutnya Iwan Fals menaikan adrenalin lewat Bangunlah Putera Puteri Pertiwi dan Air Mata Api.

Banyak yang bertanya mengapa suara Iwan Fals lantang dan berisi saat teriak “Air matanya, air matanya, air matanya api.” Iwan Fals menyatukan energi seluruh tubuh dan jiwa kemudian keluar dalam satu napas dan menghasilkan teriakan keras berisi. Dalam istilah karate ada yang dinamakan “ki” energi pikiran, “kime” energi tubuh, “kiai” bersatunya energi pikiran dan tubuh.

“Kiai” menggunakan teknik dan kekuatan maksimal. Teknik pernafasan dan power vokal Iwan Fals menghasilkan daya ledak atau dengan kata lain klimaks. Daya ledak ini adalah energi positif yang terbawa ke dalam pikiran dan perasaan. “Kiai” menjadi dorongan untuk juara. Juara bukan sekedar pada ruang kompetisi (kejuaraan) tetapi juara dalam menempatkan diri pada persoalan individu dan pergaulan sosial. Mengapa demikian? Kita lahir dari rahim terpilih hidup ke bumi adalah juara. Manusia ada di bumi karena juara, hayya ‘alal falah.

Untuk mengawal semangat atlet yang bertanding selain spirit yang disuarakan dari atas panggung Live SCTV Iwan Fals menyempatkan diri ke lokasi pertandingan. Iwan Fals dan keluarga sudah berniat datang menyaksikan Asian Games 2018. Sebagai bentuk dukungan Iwan Fals mengajak keluarga dan murid karate Dojo Tiga Rambu berangkat ke JCC-Plenary Hall, Minggu (26/8/18).

Panasnya matahari Jakarta menyengat siang itu bukan alasan untuk melemahkan kaki melangkah. Antrian panjang penonton sejak pagi menjadi bukti antusias warga negara Indonesia membela kehormatan bangsanya cukup tinggi. Beda penonton, beda koruptor yang kehilangan kehormatan. Bayangkan mereka datang dengan ongkos sendiri, beli tiket sendiri, antrian panjang, berdesakan dari gerbang masuk GBK (Gate 5) lantas menuju arena pertandingan. Penonton disediakan bis. Ada yang memilih jalan kaki dengan jarak tempuh 2 km. Ternyata lebih cepat jalan kaki daripada naik bis. Antrian penumpang cukup padat dan rute bis berputar mengelilingi titik tuju penumpang yang berbeda-beda.

Tiba di lokasi pertandingan karate Iwan Fals memilih duduk di tengah-tengah supporter Indonesia. Tidak memperlakukan diri istimewa walaupun di lingkungan karate Iwan Fals dipandang sebagai guru (sensei) Dan V sabuk hitam. Pada masa kuliah pernah menjadi atlet karate nasional. Sesekali Iwan Fals berkomentar tentang pertandingan. Rasa optimis tumbuh ketika atlet karate putera Indonesia Rifki Ardiansyah Arrosyiid berlaga di kumite 60 kilogram. Rifki adalah prajurit TNI bertugas di Kodam V Brawijaya/TNI AD berhasil lolos ke final setelah di semifinal mengalahkan karateka Malaysia Prem Kumar Selvam. Di final Rifki menghadapi karateka Iran Amir Mahdi Zadeh peraih tiga gelar juara dunia karate.

Dukungan penonton terus mengalir lewat yel-yel, nyanyian, pukulan drum, tepuk tangan, sorak sorai , dan kibaran merah putih sepanjang final berlangsung. Melepaskan hormon endorfin lewat bernyanyi menjadi penyemangat dan membangkitkan energi bersama, “Indonesia… Indonesia… Indonesia.”

Sisa waktu pertandingan berpihak untuk kemenangan Rifki. Saat pertandingan usai maka emosi penonton tak bisa dibendung. Siang itu Iwan Fals ikut berdiri di tengah-tengah tribun penonton memberikan hormat kepada bendera merah putih. Rasa haru dan bangga juga nampak dari wajah Gatot Nurmantyo (Ketua Umum PB Forki) yang memberikan medali kepada para juara.

Sejarah emas untuk Indonesia di cabang olah raga karate akhirnya tercatat kembali. Enam belas tahun lamanya masa penantian karate mempersembahkan emas untuk Indonesia. Seisi Gedung JCC Planery Hall bergetar menyaksikan pengibaran bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya. Iwan Fals nampak semangat hingga pulang menuju gerbang GBK (Gate 5) memilih jalan kaki 2 km bersama keluarga dan murid karate Dojo Tiga Rambu.


Leuwinanggung, (27/8/18).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto