Mata Berkaca-kaca

Luar biasa, demikian kata yang pas untuk Indosiar yang telah sukses menggelar Konser Raya pada peringatan HUT Indosiar ke-23 di Jakarta. Ditayangkan langsung mulai jam 19.00 WIB dan Iwan Fals turut serta memeriahkan acara dengan penampilan yang memukau dan menarik minat banyak orang untuk hadir baik di lokasi maupun melalui layar televisi.

Indosiar sukses menghadirkan Iwan Fals dengan konsep yang apik dan bagi penulis tayangan pada Kamis malam (11/1) adalah tayangan yang dramatis maka memakai jargon Indosiar Luar Biasa adalah jargon yang pas. Menjadi perhatian khusus karena dalam catatan perjalanan panggung Iwan Fals baru kali ini membawakan lagu berirama dangdut. Sekuntum Mawar Merah dinyanyikan apik bersama Via Vallen. Iwan Fals mengaku sejak kecil sudah akrab dengan dangdut dan musik dangdut adalah teman.

Syair cinta Iwan Fals lahir dari proses perenungan hasil olah pikir dan olah rasa diambil dari sudut pandang cinta sebagai hubungan kasih sayang manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta. Bukan sekedar hubungan antara kekasih hati laki-laki dan perempuan. Akal sehat bertanya dan batin bergejolak mengapa orang bicara cinta tetapi dengan keyakinannya melakukan penindasan dan kekerasan. Dan ini menjawab kerinduan banyak orang yang tidak pernah sebelumnya Iwan Fals menyanyikan lagu yang menghentak ini live di televisi. “Doa-doa bergema. Mata menetes darah. Satu lagi korban jatuh tradisi lenyap dihisap marah.”

Dan yang memukau semalam adalah penampilan Iwan Fals bersama Pesinden Indonesia. Saat Pesinden Indonesia Soimah menemui Iwan Fals di gladi resik, mengalir apa adanya sebuah bahasa kejujuran. Banyak yang tidak tahu dan ini menjadi rahasia yang disimpan sebelumnya oleh Soimah. Soimah punya cita-cita sepanggung nyanyi bareng Iwan Fals. Dan ketika kesempatan itu datang padanya maka Soimah langsung ingat ibunya dan mata Soimah berkaca-kaca. “Saya ketika bertemu beliau tiba-tiba langsung nangis gak tau kenapa,” ucap Soimah.

Penulis memaklumi air mata Soimah. Karena penulis pun salah satu orang dari banyak orang yang menyaksikannya dengan sorot mata berkaca-kaca. Saat membawakan lagu Ibu di atas panggung ada getaran dalam hati yang disuarakan. Bukan sekedar syair tanpa makna tapi syair cinta seorang ibu yang membesarkan anaknya. Dan getaran itu terasa kepada yang menyaksikannya.

“Ibu ini aku anakmu. Anakmu yang dari kecil sudah kamu ajarkan betapa kerasnya kehidupan. Anakmu yang dari kecil selalu kau bangga-banggakan. Ibu bilang waktu itu kamu bisa, kamu bisa. Ibu, saya sudah masuk tv. Apa yang ibu harapkan sudah saya penuhi. Walaupun ibu sudah tiada tetapi saya merasakan ibu hadir di hadapan saya menyaksikan saya. Dan ibu pasti bangga melihat saya anakmu. Lukisan jiwa raga ibu sudah sangat menempel di dinding kehidupan saya. Bencana alam apapun tidak bisa menghapus lukisan ini. Ibu dipilih untuk menjadikan saya supaya saya bisa mengartikan apa arti coretan dari lukisan ibu. Yang sejati hanya ibuku. Ibu, saya menyanyikan lagu “Ibu” buat ibu. Saya menyanyi dengan .. (sejenak menahan haru), terima kasih Om Iwan,” kata Soimah.

“Saya adalah anak tertua dari 5 bersaudara. Tapi anak ke-6 dari saudara sebapak. Dan anak ke-5 dari saudara bawaan. Total seluruhnya 14 orang. Kalau lebaran ramai. Saya sulit untuk menceritakan sosok ibu. Karena ibu saya adalah ibu dari banyak anak. Bahkan ibu dari banyak orang. Saya sangat menyayanginya. Saya sangat-sangat menghormatinya. Saya panggilnya mamah lagi nonton barangakali nih. Sehat terus mah. Bagi saya ibu saya adalah Tuhan yang kelihatan,” kata Iwan Fals.

Televisi yang sehat adalah televisi yang mampu memberikan menu edutainment sehingga tayangannya memberikan inspirasi bagi para pemirsa. Indosiar sukses menghadirkan tayangan berkualitas. Sekali lagi, Indosiar luar biasa.

Leuwinanggung, 15 Januari 2018.

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto