Jalan Darat

Iwan Fals & Band hadir di 10 kota 11 titik lewat Roadshow “Kontribusi Untuk Negeri, Perjalanan Sejuta Harapan” bersama truk Mitsubishi Fuso. Kegiatan dalam bentuk kunjungan kepada sopir truk, konsumen, dan stakeholder di dealer Mitsubishi sejak akhir November sudah menyelesaikan 4 kota yaitu Bali, Semarang, Cirebon, dan Serang. Lantas menyusul yaitu Lampung, Surabaya, Palembang, Pekanbaru, Padang, dan Medan yang akan dimulai pada akhir Desember hingga awal Februari 2018.

Perlu diketahui, antara Iwan Fals dan truk Mitsubishi Fuso telah terbangun chemistry. Jauh sebelum kerja sama ini dibangun Iwan Fals memiliki benang merah dengan truk Mitsubishi Fuso. Iwan Fals saat SMP bercita-cita menjadi seorang sopir yang bisa mengangkut hasil perkebunan sambil bernyanyi. Maka saat penghasilan penyanyi belum jelas di awal tahun 1980 Iwan Fals menjadi sopir omprengan. Karena pada saat penjualan album kaset Sarjana Muda (1981) meledak di pasaran, Iwan Fals membeli mobil dan dipilihnya Mitsubishi Colt T120. Dan kemudian Iwan Fals membeli dua kendaraan truk Mitsubisi Fuso yang dimodifikasi menjadi Bis Kita dan Truk Panggung Kita untuk kebutuhan konser. Bis Kita dan Truk Panggung Kita ini dipakai terakhir kali di Tour “Jaga Bumi” melakukan jalan darat mulai Surabaya, Bali, Semarang, Lampung, dan Serang pada tahun 2016.

Jalan darat menjelajahi Indonesia dimulai dari Leuwinanggung ke Bali, Minggu (19/11). Rombongan dipimpin Ayub Suparman terdiri dari dua mobil, satu truk, satu Bis Kita dengan suka cita menikmati perjalanan. Iwan Fals menyebutnya “Pasukan berani mati takut lapar” maka pecel lele Lamongan di perbatasan Tegal Pemalang menjadi santapan sebelum bermalam di Semarang. Selanjutnya masuk ke Demak dan mengikuti arah jalan ke Surabaya dan penyebarangan Ketapang-Gilimanuk. Perjalanan yang cukup melelahkan tidak jadi penghalang Iwan Fals untuk menjalankan kebiasaanya puasa Senin-Kamis. Godaan dan candaan tentang makanan malah dianggap menjadi penambah pahala puasa. Iwan Fals tiba di Denpasar Bali, Selasa siang (21/11).

“Bagi saya ini perjalanan spiritual. Jalan darat bisa banyak yang dilihat. Nggak terburu-buru. Jadi deket ke yang di atas. Setiap lima waktu menepi sambil menikmati beningnya air. Bayangkan di tempat lain orang berebut air dan ini semakin membuat kita bersyukur,” kata Iwan Fals.

Sementara sebagian rombongan yaitu Musisi dan Crew jalan udara dipimpin Manto berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, Selasa (21/11).

Apa saja yang dilakukan Iwan Fals di 4 kota tujuan? Kita ikuti dengan dimulai dari Bali. Setelah 2 hari menempuh perjalanan darat Leuwinanggung-Bali Iwan Fals menyiapkan diri untuk konser yang dilaksanakan esok harinya, Rabu (22/11). Truk Panggung yang khusus dibangun dari varian Colt Diesel FE 74 Long akan pertama kali digunakan di Bali.

“Truk panggung ini mimpi saya sejak lama. Bisa bermain ke tempat terbuka dan lapang, menjelajah sambil menikmati alam Indonesia,” ungkap Iwan Fals.

“Sopir truk memberi inspirasi. Sopir truk sungguh menghayati pekerjaannya. Supir truk mengajarkan soal ketekunan, kesabaran, ketelitian, dan keberanian. Sopir truk dengan diam tak banyak bicara telah memberikan arti yang banyak untuk negeri. Penting, orang harus tahu profesi sopir itu telah berkontribusi untuk negeri di bidang politik, ekonomi, dan kesenian,” kesan Iwan Fals tentang sopir truk.

Bali malam itu Iwan Fals tampil total 18 lagu. Belum Ada Judul, Tak Biru Lagi Lautku, Tikus Tikus Kantor, Sumbang, Bongkar, Sampah, Pesawat Tempurku, Aku Sayang Kamu, Mata Indah Bola Pingpong, Yang Terlupakan, Ijinkan Aku Menyayangimu, Ibu, Bento, Goyang Asik Asik Mitsubishi, Manusia ½ Dewa, Di Bawah Tiang Bendera, Kokoro No Tomo, Mata Dewa.

Iwan Fals melakukan site visit ke Jatiluwih Bali pada esok harinya, Kamis (23/11). Kawasan wisata ini memiliki panorama alam desa yang sejuk dengan pemandangan sawah yang luas. Jatiluwih Bali sangat menghormati falsafah hidup harmonis antara Tuhan, manusia, dan alam. Iwan Fals turun ke sawah menyapa petani dan berbincang-bincang soal padi merah, pengairan, dan alat transportasi.

Kamis siang Iwan Fals pergi meninggalkan Bali menuju Semarang. Jalan darat dilalui dan sepanjang jalan selalu menemukan lukisan dan tulisan belakang truk. Cukup menghibur dan bisa menjadi obat ngantuk. Entah siapa yang memulainya, inilah bentuk kreatif yang ada. Jumat malam (24/11) Iwan Fals tiba di Semarang.

Sabtu siang (25/11), Meet & Greet Iwan Fals dengan 10 customer truk Mitsubishi Fuso Semarang. Acara diisi dengan penyerahan gitar, tanya jawab dan foto bareng. Ada hal lucu dari seorang customer yang bertanya. “Kapan Mas Iwan nyanyi bareng lagi dengan Setiawan Djabo?” Dengan cekatan Iwan Fals menjawab dan paham siapa yang dimaksud. “Dulu dengan Setiawan Djabo di Swami dan Kantata, kedepannya belum tahu karena saya masih dengan sopir truk” jawab Iwan Fals.

Dari atas panggung truk Iwan Fals menyapa Semarang. Kemudian ia bercerita tentang pengalaman jalan darat. “Saat berada di belakang truk banyak inspirasi. Kadang-kadang mengingatkan, kadang-kadang menjerumuskan. Saya suka jalan darat tapi saya bukan buaya darat hehehe,” celoteh Iwan Fals.

Iwan Fals menyapa Semarang dengan 16 lagu. Bangunlah Putra/i Pertiwi, Wakil Rakyat, Orang Pinggiran, Sumbang, Sampah, Entah, Pohon Untuk Kehidupan, Pesawat Tempurku, Mata Indah Bola Pingpong, Aku Sayang Kamu, Ijinkan Aku Menyayangimu, Kuda Lumping, Ibu, Hio, Goyang Asik Asik Mitsubishi, Di Bawah Tiang Bendera.

Minggu (26/11), Iwan Fals melakukan site visit ke juragan bandeng Semarang. Mantan dokter lepra yang beralih menjadi pengusaha bandeng presto kini berusia 84 tahun akrab dipanggil Pak “Rukun”. Dinamai Pak “Rukun” karena saat jalan kaki butuh teman dekat untuk membimbing bahkan merangkul. Inilah yang disebut rukun. Dia adalah dr. Danil seorang perintis usaha bandeng presto di Semarang dengan nama Bandeng Juwana.

Jalan darat dilanjutkan dari Semarang ke Cirebon. Saya duduk di kursi di samping Edi Daromi. Sepanjang perjalanan saya ngobrol dengan pemain keyboard kelahiran Malang, 17 Juni 1961. Terlahir dengan nama Chumaidi Daromi dari ibu berdarah Malang dan bapak berdarah Singapura ini sudah mengenal musik sejak SD. Saat SMA, Edi Daromi yang berangkat ke sekolah selalu jalan kaki dijanjikan hadiah motor oleh omnya jika naik kelas. Saat naik kelas tiba Edi Daromi minta piano. Maka omnya menghadiahi Edi Daromi piano dan motor bekas. Edi Daromi belajar otodidak sampai pada suatu ketika Edi Daromi bergabung di Alaska Band saat mahasiswa. Edi Daromi kuliah di ABM (Akademi Bank Malang). Saat Elpamas hendak mengikuti Festival Band Log Zhelebour ke-2 tahun 1985, Totok Tewel mengajak Edi Daromi bergabung. Elpamas berhasil menyabet gelar Juara I dan Toto Tewel mendapat gelar gitaris terbaik. Karir Edi Daromi semakin menaik sejalan dengan Elpamas melakukan tour mendampingi God Bless bersama Mel Shandy dan Power Metal. Edi Daromi pun pernah mengisi rekaman Yosie Lucky, Mel Shandy, Sirkus Barock. Edi Daromi bersama Elpamas memasuki dunia rekaman dan di dalamnya terdapat salah satu lagu yang cukup kondang, Pak Tua. Pak Tua adalah karya Pitat Haeng di album Tato Elpamas yang tidak lain adalah Iwan Fals. Kini Edi Daromi pemain keyboard Iwan Fals & Band sejak tahun 2004 yang juga mengisi rekaman album 50:50, Keseimbangan, Raya. Satu hal unik dari sosok yang satu ini adalah setiap latihan jalan darat dari Pamulang Tangerang Selatan ke Leuwinanggung selama 2 jam memakai sepeda motor. Dengan kecepatan tak pernah melebihi 60 km/jam Edi Daromi menempuh jalan darat antar kota antar provinsi dilaluinya tanpa mengeluh karena niat ibadah. Edi Daromi mempunyai kesan soal jalan darat ini. “Semuanya menarik melengkapi perjalanan bermusik.”

Minggu malam (26/11) tiba di Cirebon. Iwan Fals gemar mencatat kuliner daerah. Saat tengah malam Iwan Fals mencari makan sekalian sahur. RM Ibu Ulfah Cirebon jadi incaran. Maklum di situ tersedia menu favorit Iwan Fals seperti nasi lengko, empal gentong, dan sate kambing dengan harga bersahabat.

Rabu malam (29/11) selepas Isya Iwan Fals tampil di Cirebon. Tampil total 20 lagu disuarakan. Tak Biru Lagi Lautku, Pohon Untuk Kehidupan, Sumbang, Wakil Rakyat, Tikus Tikus Kantor, Mata Indah Bola Pingpong, Aku Sayang Kamu, Pesawat Tempurku, Bento, Berandal Malam Di Bangku Terminal, Nyanyian Jiwa, Yang Terlupakan, Ijinkan Aku Menyayangimu, Hio, Goyang Asik Asik Mitsubishi, Kuda Lumping, Ibu, Di Bawah Tiang Bendera, Kokoro No Tomo, Kemesraan.

Kamis (30/11), Iwan Fals site visit ke sentra rotan Cirebon milik Bapak Sumatja. Usaha yang dirintis sejak tahun 1980 ini berkwalitas ekspor. Indonesia kaya dengan sumber daya alam dan rotan banyak tumbuh di kawasan khatulistiwa seperti Kalimantan dan Sulawesi. Obrolan akrab antara Iwan Fals dan Bapak Sumatja Sampai pada pertanyaan kritis yang terlontar kepada Iwa Fals. “Masa eksportir rotan terbesar Singapura padahal Singapura tidak memiliki sumber daya alam rotan?”

Jalan darat dilanjutkan Cirebon-Leuwinanggung. Kendaraan diarahkan keluar tol Purwakarta. Istirahat sejenak untuk makan. Iwan Fals mendatangi rombongan yang sedang menikmati santapan sate maranggi. Bau sedap asap sate membuat Iwan Fals tertarik untuk membelinya. Bukan untuk dinikmati saat itu tapi dibungkus untuk buka puasa.

Sabtu (2/12), berangkat dari Leuwinanggung ke Serang. Jalan darat padat merayap. Rest Area menjadi tempat alternatif untuk mengusir bosan. Namanya Rest Area berarti tempat untuk istirahat sejenak yang juga digunakan untuk buang air kecil, makan, ngopi, dan shalat. Saat memasuki toilet pria, antrian kembali padat merayap. “Kalo mau ambil foto pas lagi barengan gini,” canda Iwan Fals kepada fotografer Ichan Maulana.

Jalan darat ke Serang diikuti oleh istri (Rosana) dan anak (Raya). “Saya harus ke Serang survey truk panggung tour Fuso karena ini panggung baru. Titik sebelumnya saya belum lihat karena ini akan dievaluasi,” ungkap Rosana.

Minggu (3/12), lokasi konser sudah dipadati tamu undangan. Beberapa saat sebelum konser, Iwan Fals hadir di Meet & Greet bersama 10 customer truk Mitsubishi Fuso Serang. Iwan Fals menjelaskan bagaimana lahirnya lagu Ibu. “Saya keluar rumah dari SMP. Sebelumnya saya pernah lama di Jeddah Arab. Saya keluar. Ikuti kata hati lalu kangen ibu,” ucap Iwan Fals.

Serang paling ramai dipadati tamu undangan. Iwan Fals beropini soal laut dan maritim, “Bagaimana mau kuat di maritim kalo laut kita rusak?” Iwan Fals menyapa Serang dengan 15 lagu yaitu Belum Ada Judul, Tak Biru Lagi Lautku, Tikus Tikus Kantor, Sumbang, Sampah, Ibu, Bento, Aku Sayang Kamu, Yang Terlupakan, Ijinkan Aku Menyanyangimu, Goyang Asik Asik Mitsubishi, Hio, Pesawat Tempurku, Antara Aku Kau & Bekas Pacarmu, Di Bawah Tiang Bendera.

Site visit dilakukan esok harinya, Senin (4/12). Lokasi yang dituju adalah CV Anugrah milik Pak Daus yang menerima banyak pesanan airbrush bak truk. Ini perkembangan baru dari sebelumnya yaitu lukisan tangan bak truk. Ada tiga tokoh yang banyak dipesan menjadi obyek lukisan yaitu Soekarno, Soeharto, Iwan Fals. Nampak di lokasi sudah ada beberapa bak truk yang sudah dipesan untuk dilukis dengan gambar dan kata-kata Iwan Fals. Barangkali ini yang menguatkan keyakinan sopir truk untuk berada di jalan. Barangkali ini pula yang menguatkan chemistry Iwan Fals dan truk Mitsubishi Fuso sehingga terjadi pertemuan “legend meet legend” dalam memberikan kontribusi untuk negeri. Nantikan “Jalan Darat” dalam perjalanan sejuta harapan bersama Iwan Fals dan truk Mitsubishi fuso di kota-kota selanjutnya.


Leuwinanggung, (7/12).

Fotografer : Ichan Maulana
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto