Titik-Titik Prestasi

Sabtu pagi (27/2) pukul 06:30 Iwan Fals keluar rumah mengenakan celana panjang putih bergegas menuju mobil. Pagi itu Iwan Fals nampak bugar dan memulai obrolan di dalam mobil dengan pertanyaan, “Semalam karate?” Sapaan ini selalu keluar dari mulutnya dan sudah tak bisa terhitung berapa kali kalimat serupa ini ditujukan kepada murid karatenya. Ini memberi kesan Iwan Fals memperhatikan situasi yang terjadi di sekitarnya dan peduli terhadap rutinitas yang ada di rumah.

Mobil melaju dari halaman rumah menuju gerbang. Seorang penjaga membukakan pintu gerbang dengan tutur santun. “Pagi pak,” sapanya sambil tersenyum dan sedikit menganggukkan kepala. Sopir mengarahkan laju mobil menuju Mabes TNI Cilangkap. Iwan Fals sepanjang jalan bercerita tentang kesukaannya menjelajah batas-batas ruang angkasa yang tak terjangkau oleh hayalan yakni mengamati kehidupan di luar bumi. “Kita ada di salah satu titik-titik itu,” kata Iwan Fals sambil menunjukan gambar titik-titik ruang angkasa dari layar monitor hp-nya.

Mengisi perjalanan kami berempat, Iwan Fals mengarahkan obrolan tentang keseimbangan. Soal sombong dan minder. Tak pantas untuk sombong karena kita bukan satu-satunya makhluk hidup di alam semesta yang luas ini. Juga tak pantas untuk minder karena kita hadir di bumi ini sebagai pemenang. Kekerasan membutuhkan kelembutan begitupun sebaliknya. Ini yang disebut harmoni. Yang menjadi berbeda bahkan mengejutkan adalah pada saat menikmati kelembutan dan semakin masuk ke hati yang paling dalam tiba-tiba berubah melakukan sesuatu yang tidak wajar. Seperti kisah seorang penyanyi yang sehari-hari berkegiatan keras di pendakian gunung tetapi menyanyi suaranya lembut. Dan kelembutan itu kemudian berubah karena dikagetkan oleh atraksi senjata tangan. Inti dari semuanya adalah keseimbangan.

Tiba di lokasi, Iwan Fals menggunakan baju lengan panjang putih dan celana panjang putih bersabuk hitam. Sabuk karate Iwan Fals hitamnya seperti hijau. Menandakan Iwan Fals sudah lama menyandang sabuk hitam. Iwan Fals hadir di lapangan rumput Mabes TNI Cilangkap sebagai tamu undangan (tokoh karate). Iwan Fals turut mengikuti latihan bersama yang diikuti 3000 karateka Perguruan anggota FORKI Se-Jabodetabek dan karateka TNI. Karateka menyapa dan memberi hormat kepada guru karate yang kini menyandang Dan V dengan sapaan Sensei Iwan Fals.

Acara Keakraban ini sebagai silaturahmi untuk memupuk kebersamaan. Hadir empat atlet peraih medali emas pada Kejuaraan Dunia yang diikuti 101 negara, World Karate Federation (WKF) Cadet dan U-21 Karate Championships 2015. Mereka adalah Ahmad Zigi Zaresta, Ceyco Georgia Zefanya, Faqih Karomi, dan Muhammad Fahmi Sanusi. Keempat atlet ini dihadirkan agar ada motivasi keluarga besar karate Indonesia untuk meraih prestasi emas dalam setiap kompetisi baik nasional maupun internasional.

Ketua Umum PB FORKI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan : "Olahragawan berprestasi adalah patriot sejati yang sesungguhnya. Karena, hanya dengan prestasi di bidang olahraga mampu memaksa siapa pun di dunia menghormati Sang Saka Merah Putih."

Usai mendatangi empat atlet peraih medali emas Iwan Fals kembali bergegas ke mobil menuju Leuwinanggung sambil membawa kisah yang penuh makna. Mengisi perjalanan kami berempat, Iwan Fals mengarahkan obrolan kembali. Saat berangkat obrolan tentang keseimbangan dan saat pulang obrolan tentang janji karate. Iwan Fals berpesan agar organisasi bisa mempersatukan, menjalin hubungan harmonis, dan tidak mengedepankan ego perguruan. Kita ada di salah satu titik-titik itu.

Selanjutnya janji karate diaplikasikan sebagai pelaksanaan kata-kata. Sanggup memelihara kepribadian, sanggup patuh pada kejujuran, sanggup mempertinggi prestasi, sanggup menjaga sopan santun, sanggup menguasai diri adalah tidak sekedar diucapkan tetapi dilaksanakan oleh pengurus, perguruan, pelatih, wasit, karateka, keluarga, dan tokoh karate. Kita ada di salah satu titik-titik itu.


Leuwinanggung, (29/2).
Penulis : Syaiful Ramadlan
Editor : Rosana Listanto